c

Selamat

Jumat, 26 April 2024

EKONOMI

29 Oktober 2018

08:29 WIB

Gelaran TEI Bukukan Transaksi Rp126,77 Triliun

produk-produk yang banyak diminati para buyers pada TEI kali ini yaitu produk- produk informasi dan teknologi, makanan olahan, produk-produk kimia, minyak kelapa sawit mentah (CPO), produk-produk perikanan, serta kertas dan produk kertas

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Gelaran TEI Bukukan Transaksi Rp126,77 Triliun
Gelaran TEI Bukukan Transaksi Rp126,77 Triliun
Penandatanganan kerja sama antara Kementerian Perdagangan dengan mitra dagang dari empat negara di sela perhelatan Trade Expo Indonesia 2018 di Tangerang, Kamis (25/10). (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)

TANGGERANG- Penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) 2018 membukukan nilai transaksi hingga mencapai Rp126,77 triliun. Capaian tersebut di dapat hingga Minggu (28/10), hari terakhir penyelenggaran TEO 2018.

“Transaksi TEI tahun 2018 ini sukses mencapai US$8,45 miliar atau setara Rp126,77 triliun. Nilai ini meningkat lima kali lipat dari target yang kita tetapkan sebelumnya. Transaksi setelah penghitungan masih terus berjalan dan dipastikan hasilnya akan bertambah,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita usai menutup TEI 2018 di ICE BSD City, Minggu (28/10).

Enggar menjelaskan, total nilai transaksi TEI 2018 terdiri dari transaksi investasi sebesar US$5,55 miliar, transaksi pariwisata sebesar US$170,5 juta, dan transaksi produk dengan total US$2,73 miliar. Adapun rincian transaksi produk tersebut terdiri atas transaksi produk barang dan jasa masing-masing sebesar US$1,42 miliar dan US$1,31 miliar.

Transaksi produk barang sendiri berasal dari transaksi MoU misi pembelian produk sebesar US$811 juta. Kemudian transaksi langsung saat pameran US$470,65 juta, misi dagang lokal US$85,6 juta, business matching US$51,29 juta, dan Pameran Kuliner dan Pangan Nusantara sebesar US$680 ribu.

“Kita patut berbangga dengan capaian transaksi tahun ini karena jauh melampaui target awal sebesar US$1,5 miliar. Tentunya capaian ini juga berkat peran dan kerja keras para perwakilan di luar negeri,” ujar Enggar.

Ia mengungkapkan, produk-produk yang banyak diminati para buyers pada TEI kali ini yaitu produk- produk informasi dan teknologi, makanan olahan, produk-produk kimia, minyak kelapa sawit mentah (CPO), produk-produk perikanan, serta kertas dan produk kertas. Sedangkan, negara-negara dengan nilai transaksi perdagangan keseluruhan tertinggi yaitu Arab Saudi, Jepang, Inggris, Mesir, dan Amerika Serikat.

“Perolehan transaksi ini membuktikan bahwa produk-produk nasional kita semakin diakui kualitasnya secara luas dan disegani sesuai selera pasar ekspor. Ini sesuai dengan tema yang diusung TEI tahun ini yaitu Creating Products for Global Opportunities,” tegas Enggar.

Seperti tahun sebelumnya, pelaksanaan Pameran Pangan Nusa juga sekaligus dilangsungkan di arena TEI dan sukses menarik animo pengunjung. Tahun 2018 ini Pameran Kuliner dan Pangan Nusantara mencatatkan transaksi yang signifikan sebesar US$680 ribu, termasuk MoU pembelian wine Bali senilai US$10 ribu.

 

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memperhatikan produk yang ditampilkan selama ajang #TEI2018 berlangsung. twitter@kemendag

Norwegia dan Polandia
Terpisah, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Norwegia Ine Marie Eriksen Soreide untuk membahas optimalisasi sejumlah kerja sama berbagai bidang, salah satunya kesepakatan untuk meningkatkan perdagangan dan investasi kedua negera.

"Kami berkomitmen untuk melanjutkan dan mengintensifkan kerja sama di area itu untuk pemanfaatan potensi besar yang belum tersentuh," kata Retno setelah mengadakan pertemuan komisi bersama di Nusa Dua, Bali, Minggu.

Menurut Retno, pihaknya menyambut perkembangan positif dari negosiasi antara Indonesia dengan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) dan Perjanjian Perdagangan Bebas Eropa Tengah (CEFTA). Indonesia, lanjutnya berkomitmen mempercepat hasil akhir dari negosiasi itu dan menyakini kesepakatan antara Indonesia, EFTA dan CEFTA akan membawa kesempatan besar yang baru untuk kerja sama perdagangan dan investasi.

Pertemuan komisi bersama itu juga fokus dalam lingkungan dan kehutanan, energi khususnya energi terbarukan, kelutan dan perikanan. Untuk lingkungan dan kehutanan, program kemitraan Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation Plus (REDD+) yang dilakukan Indonesia dan Norwegia, telah menjadi model dalam menangani deforestasi yang berkontribusi untuk memitigasi perubahan iklim.

Selain itu, kemitraan juga memastikan berkontribusi dalam karbon rendah, ramah lingkungan dan tata kelola ekonomi yang berkelanjutan."Kami berbagi pandangan terkait kebutuhan untuk memperkuat lebih lanjut aristektur dari program REDD Plus," ucapnya.

Kedua negara juga juga berdiskusi tentang pengembangan sampah untuk memperkuat kerja sama dalam energi dan energi terbarukan yang pembahasannya akan dioptimalkan dalam Forum Bisnis Energi Indonesia-Norwegia tahun 2019.

Kerja sama kelautan dan perikanan juga menjadi topik penting yang dibahas dalam pertemuan komisi bersama itu, khususnya dalam memerangi penangkapan ikan secara ilegal dan membangun ekonomi maritim berkelanjutan.

Terkait dengan itu, kedua negara, lanjut Retno, akan menandatangani letter of intent dalam kerja sama kelautan dan perikanan yang akan dilaksanakan di sela-sela Our Ocean Conference di Nusa Dua, 29-30 Oktober 2018.

Selain membahas kerja sama bilateral tersebut, dalam kesempatan itu, kedua menlu juga mengadakan dialog terkait hak asasi manusia ke-13 yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2002. "Fokus dalam forum dialog HAM ini terkait dalam hak anak, demokrasi dan toleransi," ucapnya.

Sementara itu, sejumlah investor asal Polandia menjajaki rencana kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di berbagai bidang yang dinilai potensial. Penasihat Ketua Dewan Sefako, Polandia Anna Wiosna, di Mataram, Minggu, mengatakan, pihaknya ingin menjalin kerjasama di sektor pendidikan, infrastruktur, sumber daya energi, mineral dan listrik atau power plant.

Hanya saja, ia menilai diperlukan sejumlah langkah untuk merealisasikan rencana tersebut. Seperti melakukan studi kelaikan, analisis lingkungan dan pemenuhan dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan untuk investasi tersebut.

"Butuh waktu kurang lebih setahun untuk mempersiapkan program ini," kata Anna Wiosna saat bertemu Gubernur NTB Zulkieflimansyah.

Ia menjelaskan, alasan pihaknya memilih NTB sebagai lokasi untuk berinvetasi. Menurutnya, Provinsi NTB, di samping memiliki keindahan alam yang memesona, juga memiliki wilayah ekonomi khusus, yaitu Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah, sehingga kedatangannya ke NTB tersebut untuk meninjau dan memastikan daerah-daerah strategis untuk berinvestasi.

"Kami bisa berinvestasi bidang listrik, mineral, energi atau gas. Tergantung kebutuhan di sini," ungkapnya.

Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengaku, menyambut baik rencana para investor Polandia menjajal kerja sama dengan NTB. Ia menjelaskan, setelah pengiriman mahasiswa asal NTB ke Polandia baru-baru ini, akan ada kerja sama di sejumlah bidang dengan NTB.

Untuk itu, Gubernur berharap para investor dapat berkunjung dan meninjau sejumlah kawasan di NTB yang memuaskan untuk kerja sama. (Faisal Rachman) 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar