c

Selamat

Jumat, 26 April 2024

EKONOMI

13 September 2018

07:38 WIB

LPS Kerek Suku Bunga Penjaminan Simpanan Valas 0,5%

Kenaikan suku bunga penjaminan ini juga untuk meningkatkan daya tarik simpanan valas di pasar domestik

Editor: Agung Muhammad Fatwa

LPS Kerek Suku Bunga Penjaminan Simpanan Valas 0,5%
LPS Kerek Suku Bunga Penjaminan Simpanan Valas 0,5%
Ilustrasi petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (12/9) sore bergerak melemah sebesar 35 poin menjadi Rp14.856. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

JAKARTA- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) akhirnya menaikkan suku bunga penjaminan simpanan valas di bank umum hingga 0,5% menjadi 2%. Langkah ini untuk meningkatkan daya tarik instrumen simpanan valas domestik sehingga mampu mencegah dana keluar (outflow).

Selain suku bunga penjaminan simpanan valas, LPS juga menaikkan suku bunga penjaminan simpanan rupiah di bank umum sebesar 0,25% menjadi 6,5%. Kemudian, juga bunga penjaminan simpanan rupiah di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) naik 0,25% menjadi 9%.

Anggota Dewan Komisioner LPS Destry Damayanti di Jakarta, Rabu (12/9) mengatakan, suku bunga penjaminan simpanan valas perlu dinaikkan karena terlampau rendah jika dibandingkan suku bunga simpanan valas yang ditransaksikan secara riil.

"Misalnya dibandingkan dengan term deposit di Bank Indonesia dengan suku bunga penjaminan LPS Rate itu ada selisih di atas 50 basis poin," ujarnya.

Term Deposit Valas BI sendiri merupakan instrumen yang menjadi parameter untuk melihat kondisi likuiditas valas.

Selain itu, kenaikan suku bunga penjaminan ini juga untuk meningkatkan daya tarik simpanan valas di pasar domestik. Imbal hasil dari simpanan valas perlu didorong agar kompetitif jika dibandingkan instrumen valas di negara-negara lain.

"Suku bunga bank-bank domestik, dibandingkan bunga LIBOR (London Interest Bank Offered Rate/LIBOR), itu selisihnya di atas 50 basis poin. Bagaimana kita menarik dana-dana valas karena saat ini imbal hasilnya tidak semenarik dengan di luar," ujar dia.

Destry melihat tekanan terhadap nilai tukar rupiah juga masih kencang dalam beberapa waktu ke depan. Alhasil potensi arus modal keluar untuk menghindari penurunan marjin karena selisih kurs juga tinggi.

"Tekanan rupiah cukup gencar, perkiraan risiko likuiditas cukup tinggi. Tren penyesuaian suku bunga berlangsung. LPS Rate untuk valas yang saat ini di level 1,5% itu jauh dari kondisi pasar yang sebenarnya," ujar dia.

Tingkat bunga penjaminan LPS (LPS Rate) ini berlaku untuk periode 13 September 2018 hingga 12 Januari 2019. Ketetapan LPS Rate ini akan menjadi acuan bagi perbankan. Pasalnya LPS akan menjamin simpanan yang suku bunganya tidak lebih tinggi dari tingkat bunga penjaminan dan nilainya tak lebih dari Rp2 miliar.

 

Rupiah Melemah
Sementara itu, pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 35 poin ke Rp14.856 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.821 per dolar AS.

"Permintaan dolar AS masih cenderung meningkat seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat dan diikuti data ekonomi yang positif," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.

Ia mengemukakan indeks optimisme usaha kecil di Amerika Serikat naik menjadi 108,8 pada Agustus dari bulan sebelumnya 107,9. Data selanjutnya yang menjadi perhatian pelaku pasar, yakni PPI (Producer Price Index).

"Jika rilis data PPI sesuai estimasi, maka kenaikan dolar AS berpotensi berlanjut terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah" katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, Presiden AS Donald Trump yang menegaskan mengenakan tarif tambahan pada barang asal Tiongkok senilai US$267 miliar, di luar dari rencana tarif pada barang senilai US$200 miliar masih membuat kekhawatiran pelaku pasar.

"Faktor itu membuat pelaku pasar wait and see dan cenderung menahan dananya untuk masuk ke pasar negara berkembang," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (12/9), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.863 dibanding sebelumnya (10/9) di posisi Rp14.835 per dolar AS. (Faisal Rachman)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar