c

Selamat

Jumat, 29 Maret 2024

NASIONAL

13 Agustus 2021

19:14 WIB

Menjaga Pernapasan Dari Kejauhan

Pembatasan sosial tak harus jadi penghalang pasien covid-19 mendapatan materi senam pernapasan. Video tutorial maupun video conference dari relawan bisa jadi solusi

Penulis: James Fernando

Editor: Leo Wisnu Susapto

Menjaga Pernapasan Dari Kejauhan
Menjaga Pernapasan Dari Kejauhan
Tenaga kesehatan memimpin senam untuk pasien covid-19 yang sedang menjalani isolasi di Gedung BLK Manggahang, Bandung, Jabar, Minggu (13/6). Antara Foto/Raisan Al Farisi

JAKARTA – Pagi itu, Handoko keluar kamarnya dengan pakaian olahraga lengkap. Dia melihat penunjuk waktu yang ada di telepon genggamnya. Sejurus kemudian, dia beringsut ke depan rumahnya. Melongok, apakah sang surya bersinar cerah atau sebaliknya.

Ternyata cuaca cerah. Pria berusia 59 tahun ini kemudian bergegas menghidupkan kendaraan roda dua yang ada di teras rumahnya. Suara mesin menderu, dia kembali masuk ke dalam rumah. Segelas teh manis hangat di meja tamu, diteguknya perlahan.

Hanya dengan beberapa tegukan, teh manis hangat itu tandas. Setelah mengenakan sepatu dan mengucap salam dengan seisi rumah, ia memacu motor dengan perlahan. Tak jauh dia berkendara. Sekira empat kilometer saja dia, menuju rumah salah satu relawan di kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan.

Pemilik rumah yang dituju Handoko sudah menunggu. Sepeda motor dia titipkan. Mereka berdua berjalan menuju satu lapangan yang tak jauh jaraknya.

Pada tempat yang dituju, sudah ada beberapa orang ada di lapangan. Beberapa dari mereka menyapa Handoko dan temannya. Handoko dan rekannya membalas sapa. Namun, mereka berdua tak mendekat.

Bukan tak sopan. Mereka yang menyapa, tengah menjalani isolasi mandiri (isoman) karena terpapar covid-19 dan memilih untuk tetap jalani proses penyembuhan di rumah.

Handoko lalu menuju tempat yang sudah disiapkan buat dirinya. Dia letakkan pengeras suara dan kemudian menyalakannya. Lalu, koleksi musik yang ada di telepon genggamnya disambungkan ke alat pengeras suara.

Suara musik terdengar. Layaknya alarm pengingat, alunan musik itu menggerakkan orang-orang di lapangan membentuk barisan, menghadap tempat Handoko dan rekannya berdiri. Barisan paling depan berbeda beberapa meter dari tempat Handoko berdiri. Ada tanda pembatas yang tak boleh dilalui masing-masing sisi.

Usai barisan terbentuk, Handoko mengganti musik. Kemudian, dia berdiri menghadap orang-orang di hadapannya. Sejumlah gerakan senam dia lakukan dan kemudian ditiru orang-orang di hadapannya. Puluhan menit kemudian, senam pun usai. Ucapan terima kasih pun mengalir dari para pasien ke Handoko.

Setelah itu, Handoko bergegas. Ada tempat lain yang harus dia tuju. Hal serupa dia ulang dengan tanggapan sama, ucapan terima kasih di ujung kegiatan.

Sesampai di rumah, pakaian olahraga yang dia kenakan langsung dicuci. Dia pun mandi untuk membersihkan diri. Semua itu dilakukannya, sebagai upaya pencegahan agar tak tertular virus yang menular kali pertama di Wuhan, China ini.

Punya Risiko
Handoko tahu, menjalani aktivitas seperti itu punya risiko. Apalagi usianya tak lagi muda. Tapi, Handoko sudah bertekad untuk melakukan sesuatu, membantu mereka yang terpapar covid-19.

Menjadi instruktur senam pernapasan seperti ini dilakukannya sebanyak dua kali seminggu. Tiap pertemuan menghabiskan waktu satu hingga satu setengah jam.

Patut diingat, kegiatan tersebut itu dilakukannya tak hanya di satu tempat penampungan penderita covid-19 saja. Dia juga menjadi instruktur senam pernapasan di rumah relawan covid-19 lainnya. Bedanya, di tempat itu pasien yang mengikuti senam, masuk dalam kategori hampir sembuh atau bisa beraktivitas.

Meski harus ke banyak tempat, Handoko mengaku tak merasa lelah. Justru, ada rasa gembira yang dirasakannya saat menjalani aktivitas tersebut, sekalipun tak ada uang yang dia bawa pulang dari kegiatan itu. Sekadar menolong orang, alasan itu cukup membuat dirinya melangkah menjalani kegiatannya.

Niat Handoko menjadi insutruktur senam, sejatinya sudah muncul tatkala virus ini mulai melanda Tanah Air. Awalnya, dia ingin jadi bagian dari serangkaian proses pemulihan bagi orang terpapar covid-19.

“Saya ingin jadi instruktur senam di Wisma Atlet Kemayoran. Karena prihatin melihat para penderita covid-19 terpisah lama dengan keluarga,” papar dia kepada Validnews, Jumat (13/8).

Niat itu, dia balur dengan doa, agar kesempatan itu diberikan oleh Sang Khalik. Dia yakin, senam pernapasan yang bakal dia ajarkan, membantu menyehatkan pasien covid-19.

Harap dan doa terus memakan waktu. Sampai satu saat, seorang rekannya menawarkan untuk menjadi instruktur senam di rumah relawan covid-19 di daerah Tangerang Selatan. Meski tak seperti harapan semula, dia menerima tawaran itu.

Menurut dia, senam yang diajarkannya berpengaruh pada proses penyembuhan. Metode senam pernapasan yang dia geluti selama 12 tahun, diyakininya punya manfaat bagi yang tidak terpapar.

“Mereka yang ikut senam itu senang. Ada yang menganggap nafasnya longgar. Saya kira bohong, ternyata banyak manfaatnya. Ya sudah saya teruskan saja,” kata Handoko.

Alih Penyebaran
Meski ada manfaatnya, kegiatan Handoko mesti berhenti saat pemerintah menerapkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Berat baginya. Tapi, ia tak bisa menantang, mengingat kebijakan tersebut demi kebaikan banyak orang.

Berdiam tanpa bisa membantu mereka yang terpapar covid-19, membuat Handoko masygul. Beberapa hari dia hanya bisa menunggu.

Sampai satu hari, ada saran dari seseorang, agar dia membuat video senam pernapasan. Saran itu memantik ide bagi Handoko.

Segera dia siapkan segala perlengkapan. Mencari tempat yang menarik di rumah, sebagai tempat perekaman.

Konsep gerakan dan posisi kamera dari telepon genggam miliknya dia ulik benar. Agar mudah dipahami dan gerakan tak sulit diikuti, oleh mereka yang menonton video senam pernapasan ala Handoko. Durasi waktu -un turut dia perhatikannya.

Setelah semua lengkap, dia mulai merekam aksinya. Pembuatannya pun sederhana. Dia hanya mendekatkan speaker dengan telepon genggamnya yang sudah dalam mode video. Kemudian, mulai melakukan gerakannya.

Dia beri judul video rekaman senam pernapasan itu, ’18 Jurus Penyembuhan’.

Usai perekaman. Video kemudian dia sebar melalui aplikasi pesan WhatsApp. Dia berharap, video itu bisa tersebar dan sampai pada pasien covid-19 dimanapun berada.

Target Handoko terwujud. Respon anggota grup percakapan memberi respon positif. Dia tak sadar, video itu tersebar ke orang-orang di luar grup percakapan.

Hal itu menambah semangat dirinya untuk membuat video baru. Dia menggabungkan gerakan senam pernapasan baku dengan berbagai kreasinya.

“Jadi, sekarang saya mengirimkan video-video itu ke banyak orang sesuai dengan kontak dari rumah relawan covid-19,” tambah Handoko.

Gerakan Kelompok
Rupanya, Handoko tak sendirian. Upaya untuk menyehatkan para pasien covid-19 secara virtual juga dilakukan oleh Klinik Fisioterapi Rumah Sakit Universitas Indonesia. Fisioterapis setempat membuat video senam, sebagai bagian dari terapi reaksional untuk pasien covid-19.

Gerakan senam ini ditujukan buat pasien yang sedang menjalani rawat inap maupun isolasi mandiri. Syaratnya, para pasien sudah mulai bisa duduk, berdiri dan berjalan.   Video yang diunggah di Youtube itersebut, mempertontonkan senam dengan rangkaian latihan pernapasan, latihan pengembangan dada dan latihan ketahanan.

Salah satu Fisioterapis RSUI Maula Qudratullah menuturkan, gerakan senam yang dibuat olehnya dan beberapa rekannya, bertujuan untuk meningkatkan ekspansi dada guna meningkatkan fungsi pernapasan. Kemudian, menurunkan risiko sesak napas dengan breathing control dan relaksasi. Lalu, meningkatkan daya tahan tubuh dengan latihan aerobik dengan intensitas ringan hingga sedang.

Maula bercerita, pasien covid-19 memiliki permasalahan pernapasan secara umum. Memang, reaksi tubuh dari masing-masing pasien covid-19 bisa berbeda-beda. Namun, dari data yang dimiliki oleh RSUI, seluruh jenis virus corona memiliki sifat yang sama; menyerang sistem pernapasan dengan rentang waktu lama.

Itu sebabnya, Maula dan beberapa rekannya untuk membuat sebuah gerakan kecil yang bisa jadi terapi penunjang pernapasan dan kebugaran para pasien. Khususnya, bagi para pasien yang tengah menjalani isolasi mandiri, baik di rumah maupun rumah sakit.   

Sebenarnya Maula bilang, video dengan judul ‘Senam Fit Covid-19’ itu menyasar para pasien yang melakukan isolasi mandiri dengan kategori dapat berdiri secara aktif. Alasannya, mereka tak mendapatkan perhatian layaknya pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit.    

“Apalagi kadang pasien itu terpaparnya sedikit lama. Makanya, kadang bosan. Jadi, kami berpikir untuk membuat kegiatan bagi pasien yang isolasi mandiri,” kata Maula, saat berbincang dengan Validnews, Jumat (13/8).  

Video yang telah ditonton sebanyak 89 ribu kali itu pun menuai respon positif dari masyarakat. Rata-rata penonton video tersebut, merupakan para penderita covid-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri.

Respon positif ini pun menambah semangat Maula dan rekannya untuk membuat video lainnya yang berkaitan dengan proses penyembuhan para pasien covid-19.

“Video ini juga tersebar di grup WhatsApp dan lainnya. Rata-rata respon-nya baik. Itu membuat kami sedang merancang ide video baru,” ucap Maula.

Kegiatan senam ini yang dilakukan Maula bersama temannya pun berkembang. Awalnya, mereka hanya membagikan video kepada para pasien covid-19. Lama kelamaan, mereka meluangkan waktu untuk menjadi instruktur senam secara langsung, menggunakan aplikasi video conference.

Kegiatan tersebut dijalankan sekali dalam seminggu. Pesertanya adalah para pasien covid-19 yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia atau pun pasien yang isolasi mandiri di rumahnya.   

Menebar Harapan
Senam secara virtual itu pun mendapat respon baik. Sedikitnya, ada 20 orang pasien yang terus bergabung untuk mengikuti kegiatan itu. Biasanya, puluhan orang itu merupakan para pasien yang sudah mendekati kategori sembuh.

“Saya dan partner saya memang menyiapkan satu hari khusus untuk senam bersama via aplikasi zoom,” tambah Maula.

Menurut Maula, senam ini sangat penting bagi masyarakat. Baik yang menderita covid-19 atau pun tidak. Sebab, senam ini bukan hanya meningkatkan sistem pernapasan saja. Tetapi, meningkatkan kebugaran tubuh atau kondisi fisik.

Kegunaan senam inipun diakui oleh Immanuel Christian Simanungkalit (28). Christian merupakan salah satu pasien covid-19. Pada periode Juli 2021 dia dinyatakan positif terpapar virus corona dan membuat aktivitasnya terbatas.

Dia pun merasakan napasnya mulai sesak. Lantaran masih dalam kondisi tubuh yang mulai menurun, dia langsung membuat sejumlah tutorial senam, untuk mengembalikan sistem pernapasannya seperti semula. Bahkan, video yang dibuat oleh Maula pun ditontonnya.

Hasilnya, saat itu, Christian merasa sesak napasnya mulai berkurang. Selama terpapar, dia pun terus mengulangi senam itu secara rutin sambil berjemur di bawah sinar matahari. Alhasil, dia hanya terpapar selama 10 hari saja. Kebugaran tubuhnya memperkuat imun untuk melawan virus corona.

“Video seperti ini sangat membantu bagi pasien seperti saya Sangat diapresiasi lah,” kata Christian.     

Terkait hal ini, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dr Michael Triangto menyebut olahraga bagi para pasien covid-19 itu merupakan sport therapy atau olahraga terapi. Kegiatan sport therapy tergantung dengan kemampuan individu. Sebab, berguna untuk meningkatkan kesehatan seseorang.   

Michael membagi olahraga menjadi tiga klasifikasi olahraga secara umum. Pertama, olahraga berat yang biasa dilakukan oleh para atlet. Kemudian, olahraga kesehatan. Terakhir, olahraga rekreasi.

Michael menjelaskan, olahraga untuk kesehatan itu harus dilakukan dengan gerakan yang ringan. Kemudian, dilakukan secara intensif. Artinya, para penderita covid-19 tidak boleh memaksakan diri untuk melakukan gerakan olahraga, bila tubuhnya belum siap menopang. Khawatirnya, kondisi pasien malah memburuk.

Olahraga untuk penderita covid-19 pun tidak bisa dilakukan sembarangan. Menurut Michael, para penderita harus mengawalinya dengan melakukan pemanasan. Misalnya, memulai kegiatan olahraganya dengan berjalan santai, dengan intensitas teratur.

“Misalnya, berjalan selama 30 menit. Atau membersihkan rumah itu dilakukan dulu untuk melatih fisik,” kata Michael.

Berdasarkan anjuran World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia, tiap orang disarankan berolahraga 150 menit per minggu. Artinya, bila dibagi lima hari, tiap orang hanya membutuhkan olahraga selama 30 menit perhari.

Atas anjuran itu, Michael berpandangan, sehat dan bugar itu berbeda. Menurut WHO, sehat diartikan sebagai orang dalam kondisi baik secara fisik, mental dan sosial. Sedangkan, bugar diukur ketika seseorang mampu melakukan aktivitas sehari-hari.

“Kenapa tidak setiap hari? Karena semakin berat tidak bagus. Makanya, yang disarankan ringan sampai sedang. Kalau tidak kuat olahraga, tetap beraktivitas fisik saja. Itu pun membantu,” tutup Michael.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar